Ahlan Wa Sahlan

Welcome ^.^
come on Join With Me

Jumat, 12 Oktober 2012

MEDICAL / NURSING ERRORS



NURSING ERRORS
Ada 8 faktor utama penyebab Nursing errors:
-          Kurangnya perhatian
-          Kurangnya empati
-          Tindakan keperawatan yang tidak tepat
-          Kurangnya informed consent
-          Kesalahan pengobatan
-          Kurangnya tindakan pencegahan
-          Kesalahan membaca/melakukan tindakan dari kolaborasi dokter
-          Kesalahan melakukan dokumentasi
Pertanyaan:
1.      Mengapa perawat melakukan kesalahan sebagaimana yang diungkap dari faktor tersebut? Jelaskan argumentasi saudara untuk masing-masing faktor yang dilengkapi dengan fakta dan referensi.
2.      Berikan contoh permasalahan patient safety yang muncul untuk masing-masing faktor tersebut.
3.      Jelaskan bagaimana peran perawat dalam mendukung patient safety dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
Jawab :
1.      Alasan perawat melakukan kesalahan dari beberapa faktor:
-        Kurangnya perhatian
Kompleksitas kerja bidang kesehatan menambah resiko, mereka dilatih untuk bekerja di pekerjaan beresiko tinggi, dokter dan perawat yang diprogram untuk melakukan tugas-tugas begitu banyak dan seolah-olah di bawah tekanan serta membutuhkan tingkat akurasi tinggi. Tidak seperti kebanyakan profesi lain, pekerjaan medis biasanya menggabungkan tiga jenis yang sangat berbeda dari tugasnya yaitu; membutuhkan banyak pemikiran dan perilaku yang kompleks (keputusan serta pertimbangan yang kompleks); banyak konsumen yang berinteraksi dan perilaku yang tidak disengaja dengaja yang begitu banyaknya. Kurangnya perhatian bisa disebabkan oleh hal-hal tersebut, terjadi kesalahan oleh perawat adalah rentan. (understanding_patient_safety.pdf)
-        Kurangnya empati
Semakin tinggi kemampuan koping  terhadap  stres maka  semakin  tinggi pula kemampuan empati  perawat,  dan  sebaliknya  semakin  rendah  kemampuan  koping  terhadap stres maka semakin rendah pula kemampuan empati perawat.
Eisenberg  dan  Damon  (1998,  hal. 275)  menyebutkan  salah  satu  faktor  yang mempengaruhi kemampuan empati adalah temperamen dan kepribadian, termasuk di dalamnya adalah pengaturan emosi  yang merupakan  bagian  dari  kemampuan koping  terhadap  stres.  Individu  yang  mampu  mengatur  emosi  dengan  baik cenderung memiliki kemampuan empati yang baik.  Stresor  yang  tidak  segera  teratasi  pada  perawat  akan  mengganggu keseimbangan  psikisnya.  Stresor  yang  berkaitan  dengan  tugas,  serta  masalah pribadi  dan  sosial  dapat  menyebabkan  stres  pada  perawat.
-        Tindakan keperawatan yang tidak tepat
Gagal mengikuti standard operational prosedure (SOP) dan proses-proses keperawatan dikarenakan karena salah satunya adalah kesalahan berbasis pengetahuan, staf tidak punya pengetahuan yang adekuat, untuk setiap pasien pada saat diperlukan hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan kesehatan pasien. Kekurangan pada orientasi atau training, tingkat pengetahuan staf untuk jalankan tugasnya dan pengawasan/supervisi yang tidak adekuat.
-        Kurangnya informed consent
Pada dasarnya perawat tidak atau kurang melakukan informed consent adalah karena perawat tidak menaruh porsi lebih dalam hal persetujuan atas tindakan yang akan dilakukannya serta faktor terburu-buru. Kembali lagi pada tindakan keperawatan yang tidak tepat, ini salah satunya adalah tidak melakukan informed consent.
-        Kesalahan pengobatan
Salah satu penyebab utama kesalahan yang tidak dapat dihindarkan oleh pasien dalam organisasi perawatan kesehatan adalah kesalahan pengobatan. Pengobatan dengan risiko yang paling tinggi yang menyebakan luka melalui penyalahgunaan (meliputi kemoterapi, konsentrasi cairan elektrolit, heparin, IV digoxin, dan adrenergic agonists) adalah dkenal sebagai “high-alert drugs”. Namun mungkin kesalahan atau mungkin tidak menjadi lebih banyak dengan obat-obatan tersebut dibandingkan obat yang lainnya, mungkin berhubungan dapat juga lebih menghancurkan atau memperburuk. Kesalahan ini dapat juga muncul ketika anggota staf tidak dengan benar mengorientasikan ke unit perawatan pasien, ketika perawat tidak berorientasi dengan benar, atau selama keadaan gawat darurat. Sehingga perawat tidak melakukan enam tahapan untuk mengambil keputusan dalam pemberian pengobatan.
-        Kurangnya tindakan pencegahan
Jatuh dapat dikarenakan faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik (jatuh yang pernah terjadi sebelumnya, menurunnya pandangan, sistem muskuloskeletal, status mental, penyakit akut). Faktor ekstrinsik (obat-obatan, desain alat-alat furniture, tidak adekuatnya perlengkapan, toilet/lantai kamar mandi yang licin (Potter and Perry, 1997).
-        Kesalahan membaca/melakukan tindakan dari kolaborasi dokter
Kegagalan menginterpretasikan dan melaksanakan tindakan kolaborasi/kegagalan mengikuti/mencatat order/pesan dari dokter. Termasuk kesalahan pada tindakan keperawatan yang sering terjadi adalah kesalahan dalam membaca/pesan/order. Oleh karena itu, harus ada komunikasi yang baik antara anggota tim kesehatan maupun terhadap pasien dan keluarganya.
-        Kesalahan melakukan dokumentasi
Penyebab yang paling umum terjadi medical errors. Kegagalan komunikasi: verbal/tertulis, miskomunikasi antar staf, antar shif, informasi tidak didokumentasikan dengan baik/hilang, masalah-masalah komunikasi: tim layanan kesehatan di 1 lokasi, antar berbagai lokasi, antar tim layanan dengan pekerja non klinis, dan antar staf dengan pasien. Arus informasi yang tidak adekuat. Ketersediaan informasi yang kritis saat akan merumuskan keputusan penting, komunikasi tepat waktu dan dapat diandalkan saat pemberian hasil pemeriksaan yang kritis, koordinasi instruksi obat saat transfer antara unit, informasi penting tidak disertakan saat pasien ditransfer ke unit lain/dirujuk ke RS lain.


2.      Contoh kasus dari beberapa faktor:
-        Faktor kurangnya perhatian
Seorang perempuan berusia 65 tahun, telah mendapatkan perawatan rawat inap selama 6 hari akan direncanakan untuk pulang. Dokter meminta petugas lab. Untuk dilakukan pemeriksaan darah pada pasien tersebut. Pengambilan darah dilakukan di tangan kanan pasien. Perawat memeriksa pasien sekitar 30 menit kemudian dan menemukan bahwa pasien sudah kembali tidur, berbaring ke sisi kanannya. Perawat merencanakan asuhan keperawatan untuk memberikan istirahat tidur pasien tersebut sehingga untuk pemeriksaan TTV telah dilakukan sebelum pengambilan darah. Ketika pergantian shift malam, perawat shift malam diam-diam mengobservasi pasien dengan hati-hati. Pada jam 5 pagi, perawat shift malam membangunkan pasien untuk diperiksa TTV. Pada saat itu perawat menemukan bahwa petugas lab. Telah mengabaikan untuk melepaskan tourniquet ketika ia mengambil darah malam sebelumnya. Lengan pasien bengkak, teraba dingin, pucat, dan mati rasa. Lengan pasien menderita kerusakan jaringan cukup serius dan memerlukan pembedahan serta terapi rehabilitasi beberapa kali. Demikianlah contoh kurangnya perhatian yang menyebabkan kejadian yang tidak diharapkan.
-        Faktor kurangnya empati
Berikut ini merupakan contoh terhadap sikap empati : Di Rumah Sakit HarapanSehat, ada seorang pasien dengan keadan kritis, semua keluarga berkumpul dengan penuh kecemasan, di sisi lain dokter menyatakan bahwa pasien tidak memiliki harapan hidup lagi jika kakinya tidak diamputasi. Suasana sedihpun menyelimuti keluarga pasien, ibu pasien menangis histeris, seakan tidak percaya bahwa anaknya harus diamputasi. Sesaat kemudian perawat memeriksa keadaan pasien dan mengatakan bahwa “mau digimanakan lagi bu yaudah amputasi aja”. Kesedihan semakin bertambah pasca lontaran yang diucapkan perawat tersebut. Pasien semakin gelisah dan melemah. Dari contoh kasus diatas, sudah sepatutnya kita sebagai perawat menunjukkan sikap empati pada pasien. Sikap empati sendiri pada dasarnya ikut mengenali, mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain.


-        Faktor tindakan keperawatan yang tidak tepat
Di perawatan inap perawat bekerja 24 jam dalam memantau kondisi pasien. Pemasangan infus tentu saja dilakukan oleh perawat profesional namun tidak menutup kemungkinan tidak akan terjadi kelalaian akibat dari kesalahan prosedur tindakan yang telah ditetapkan karena kurang keterampilan dan kompetensinya. Di ruang pediatri seorang anak usia 6 tahun dilakukan pemasangan infus di tangan kanan, namun sesaat kemudian tanganya membengkak, dan pembuluh darahnya bulbur serta berubah warna. Di-Up lah infus ditangan kanan dan pindah ke tangan kiri anak tersebut. Diketahui penyebab tersebut karena perawat tidak bertindak sesuai dgn SOP pemasangan infus.
-        Faktor kurangnya informed consent
Dalam praktek keperawatan inform consent merupakan hal yang tidak boleh dilupakan. Sebelum melakukan tindakan apapun meminta persetujuan pasien atas tindakan yang akan kita lakukan harus memerlukan informasi yang jelas baik itu secara tersirat maupun tersurat. Sebuah kasus terjadi di RS Harapan Bangsa, seorang laki-laki usia 50 th menderita luka post-Op karena gangren di kaki kananya. Perawat menghampiri pasien dan hendak akan mengganti balutan. Perawat hanya menyapa pasien dan mengatakan akan mengganti balutan. Perawat tidak melakukan inform consent yg seharusnya dilakukan. Disaat ganti balutan berlangsung, pasien menjerit kesakitan, ia tidak tahu kalau ganti balutan sesakit itu. Beberapa saat setelah ganti balutan perawat lain melakukan observasi TTV. Didapatkan Suhu tubuhnya meningkat diikuti dengan nadi meningkat.
-        Faktor kesalahan pengobatan
KTD (kejadian yang tidak diharapkan) di salah satu RS di Jakarta yakni ada salah satu perawat yang salah menyuntikkan obat kepada pasien. Obat yang disuntikkan tersebut adalah antibiotik, padahal anak/pasien tersebut mempunyai alergi terhadap bermacam-macam antibiotik. Saat itu ibu pasien melapor karena sebenarnya anaknya tidak mendapatkan obat injeksi. Setelah ditelusuri diketahuilah bahwa obat yang disuntikkan tersebut bukan untuk anaknya tetapi untuk teman sekamar pasien. Ibu pasien sangat khawatir namun alhamdulillah tidak terjadi reaksi anafilaksis pada pasien tersebut.
-        Faktor kurangnya tindakan pencegahan
Keamanan fisik (Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang aman terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik secara mekanis, termis, elektris maupun bakteriologis. Kebutuhan keamanan fisik merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya yang mengancam kesehatan fisik. Contoh kasusnya adalah perawat tidak memberikan orientasi kepada klien pada saat masuk rumah sakit dan penjelasan sistem komunikasi yang ada, supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari tidak diindahkan perawat, anjuran kepada klien untuk menggunakan bel bila membutuhkan bantuan bertolak belakang dengan fungsi bel yang sudah tidak baik/rusak, mengabaikan pemasangan pengaman tempat tidur terutama pada klien dengan penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas, lantai kamar mandi yang licin salah satu penyebab tersering pasien mengalami cedera akibat terjatuh.
-        Faktor kesalahan membaca/melakukan tindakan dari kolaborasi dokter
Kesalahan membaca kolaborasi dokter misalnya saat pemberian obat tidak tepat waktu dan dosis. Dikarenakan tulisan dokter yang pada umumnya sulit untuk ‘diterjemahkan’ selain itu juga tidak ada follow-up dari sesama petugas kesehatan. Nama obat banyak yang serupa sehingga seharusnya untuk menghindari kesalahan dilakukan Look-Alike, Sound Alike Errors.
-        Kesalahan melakukan dokumentasi
Seorang pasien di RS Garuda menderita glomerulonefritis akut dan terpasang cateter folley. Warna, volume Urine setiap 3 jam harus di kaji. Pada 3 jam pertama didapatkan urine berwarna kuning pekat sebanyak 50 ml. 3 jam kemudian perawat lain mengkaji dan didapatkan urine sebanyak 100 ml. Saat pergantian shift sore perawat diam-diam menulis jumlah urine sebanyak 500 ml. Waktu dokter visit ia melihat pendokumentasian berdasarkan hasil pengkajian urine serta merekomendasikan pemberian salah satu obat dihentikan karena pasien urinenya sudah cukup banyak. Padahal dalam hal ini seorang perawat salah melakukan pendokumentasian yg salah.



3.      Peran perawat dalam mendukung Patient Safety diantaranya,
-        Mengadakan promosi pada tingkat yang sesuai, pendidikan dan pelatihan kesehatan pekerja (perawat) pada keselamatan pasien dengan mendorong multidisiplin pendidikan profesional kesehatan, manajemen yang relevan dan administrasi staf dalam pengaturan kesehatan.
-        Melaksanakan penyediaan dan penyebarluasan informasi kepada seluruh tenaga kesehatan terhadap pasien yang memiliki resiko keselamatan untuk mengurangi atau mencegah kesalahan dan kerusakan, termasuk praktek-praktek keperawatan yang terbaik dan bagaiamana keterlibatan mereka.
(WHO: World Alliance for Patient Safety, Forward Programme, 2004). Enam tujuan penanganan patient safety menurut Joint Commission International antara lain:
-        Mengidentifikasi pasien dengan benar,
-        Meningkatkan komunikasi secara efektif,
-        Meningkatkan keamanan dari high-alert medications,
-        Memastikan benar tempat, benar prosedur, dan benar pembedahan pasien,
-        Mengurangi risiko infeksi dari pekerja kesehatan,
-        Mengurangi risiko terjadinya kesalahan yang lebih buruk pada pasien.
Kegiatan menjaga serta meningkatkan kualitas/mutu pelayanan keperawatan dapat menyangkut dalam beberapa dimensi:
a.       Kompetensi teknis, yang terkait dengan keterampilan, kemampuan dan penampilan petugas keperawatan. Kompetensi teknis berhubungan dengan standar pelayanan keperawatan yang telah ditetapkan. Kompetensi teknis yang tidak sesuai standar dapat merugikan pasien.
b.      Akses terhadap pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial dan ekonomi, budaya atau hambatan bahasa. Transcultural Nursing telah memberikan penjelasan penuh mengenai budaya pasien.
c.       Efektifitas, kualitas pelayanan keperawatan tergantung dari efektifitas pelayanan keperawatan itu sendiri dan petunjuk klinis sesuai standar yang ada.
d.      Hubungan antar manusia, berkaitan dengan interaksi antara petugas kesehatan/perawat dan pasien, manajer, petugas serta antar tim kesehatan. Hubungan antar manusia yang baik menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai, menjaga rahasia, menghormati, responsif , dan memberikan perhatian.
e.       Efisiensi, pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh efisiensi sumber daya pelayanan kesehatan. Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal daripada memaksimalkan pelayanan pasien dan masyarakat.
f.       Kelangsungan pelayanan, klien menerima pelayanan keperawatan yang lengkap sesuai yang dibutuhkan. Klien hendaknya mempunyai terhadap pelayanan rutin dan preventif.
g.      Keamanan dan kenyamanan klien, mengurangi risiko cedera, infeksi, efek samping, atau bahaya lain yang berkaitan dengan pelayanan. Keamanan pelayanan melibatkan petugas dan pasien.
h.      Keramahan/kenikmatan berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan efektifitas klinik tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedia untuk kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya.


Sumber Referensi:
Departemen Kesehatan RI. 2006. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Jakarta
Ashcroft D., Morecroft C., Parker D., Noyece P., 2005. Patient Safety in Community Pharmacy  Understanding Errors and Managing Risk. Pharmacy and Pharmaceutical Sciences & Department of Psychology: University of Manchester
Potter and Perry. 2001. Fundamental of Nursing. EGC: Jakarta
IOM. Keeping patient safe Transforming the Work Environment of Nurses. Ann Page, Editor. Wahington D.C : The National Academies Press (application)
Robert. M. Wachter. Understanding Patient Safety. McGraw-Hill Companies, Inc. (application)
Lia Mulyati dan Asep Sufyan. Pengembangan Budaya Patient Safety dalam Praktek Keperawatan  (application)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar