NURSING
ERRORS
Ada 8 faktor utama penyebab Nursing
errors:
-
Kurangnya perhatian
-
Kurangnya empati
-
Tindakan keperawatan yang
tidak tepat
-
Kurangnya informed consent
-
Kesalahan pengobatan
-
Kurangnya tindakan
pencegahan
-
Kesalahan membaca/melakukan
tindakan dari kolaborasi dokter
-
Kesalahan melakukan
dokumentasi
Pertanyaan:
1.
Mengapa perawat melakukan
kesalahan sebagaimana yang diungkap dari faktor tersebut? Jelaskan argumentasi
saudara untuk masing-masing faktor yang dilengkapi dengan fakta dan referensi.
2.
Berikan contoh permasalahan patient safety yang muncul untuk
masing-masing faktor tersebut.
3.
Jelaskan bagaimana peran
perawat dalam mendukung patient safety
dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
Jawab :
1.
Alasan perawat melakukan
kesalahan dari beberapa faktor:
-
Kurangnya perhatian
Kompleksitas
kerja bidang kesehatan menambah resiko, mereka dilatih untuk bekerja di
pekerjaan beresiko tinggi, dokter dan perawat yang diprogram untuk melakukan
tugas-tugas begitu banyak dan seolah-olah di bawah tekanan serta membutuhkan
tingkat akurasi tinggi. Tidak seperti kebanyakan profesi lain, pekerjaan medis
biasanya menggabungkan tiga jenis yang sangat berbeda dari tugasnya yaitu;
membutuhkan banyak pemikiran dan perilaku yang kompleks (keputusan serta
pertimbangan yang kompleks); banyak konsumen yang berinteraksi dan perilaku
yang tidak disengaja dengaja yang begitu banyaknya. Kurangnya perhatian bisa
disebabkan oleh hal-hal tersebut, terjadi kesalahan oleh perawat adalah rentan.
(understanding_patient_safety.pdf)
-
Kurangnya empati
Semakin tinggi kemampuan koping
terhadap stres maka semakin
tinggi pula kemampuan empati
perawat, dan sebaliknya
semakin rendah kemampuan
koping terhadap stres maka
semakin rendah pula kemampuan empati perawat.
Eisenberg dan Damon
(1998, hal. 275) menyebutkan
salah satu faktor
yang mempengaruhi kemampuan empati adalah temperamen dan kepribadian,
termasuk di dalamnya adalah pengaturan emosi
yang merupakan bagian dari
kemampuan koping terhadap stres.
Individu yang mampu
mengatur emosi dengan
baik cenderung memiliki kemampuan empati yang baik. Stresor
yang tidak segera
teratasi pada perawat
akan mengganggu keseimbangan psikisnya.
Stresor yang berkaitan
dengan tugas, serta
masalah pribadi dan sosial
dapat menyebabkan stres
pada perawat.
-
Tindakan keperawatan yang
tidak tepat
Gagal mengikuti standard
operational prosedure (SOP) dan proses-proses keperawatan dikarenakan
karena salah satunya adalah kesalahan berbasis pengetahuan, staf tidak punya
pengetahuan yang adekuat, untuk setiap pasien pada saat diperlukan hal-hal yang
berhubungan dengan peningkatan kesehatan pasien. Kekurangan pada orientasi atau
training, tingkat pengetahuan staf untuk jalankan tugasnya dan
pengawasan/supervisi yang tidak adekuat.
-
Kurangnya informed consent
Pada dasarnya perawat tidak atau kurang melakukan informed consent adalah karena perawat
tidak menaruh porsi lebih dalam hal persetujuan atas tindakan yang akan
dilakukannya serta faktor terburu-buru. Kembali lagi pada tindakan keperawatan
yang tidak tepat, ini salah satunya adalah tidak melakukan informed consent.
-
Kesalahan pengobatan
Salah satu penyebab utama kesalahan yang tidak dapat dihindarkan
oleh pasien dalam organisasi perawatan kesehatan adalah kesalahan pengobatan.
Pengobatan dengan risiko yang paling tinggi yang menyebakan luka melalui
penyalahgunaan (meliputi kemoterapi, konsentrasi cairan elektrolit, heparin, IV
digoxin, dan adrenergic agonists)
adalah dkenal sebagai “high-alert drugs”. Namun mungkin kesalahan atau
mungkin tidak menjadi lebih banyak dengan obat-obatan tersebut dibandingkan
obat yang lainnya, mungkin berhubungan dapat juga lebih menghancurkan atau
memperburuk. Kesalahan ini dapat juga muncul ketika anggota staf tidak dengan
benar mengorientasikan ke unit perawatan pasien, ketika perawat tidak
berorientasi dengan benar, atau selama keadaan gawat darurat. Sehingga perawat
tidak melakukan enam tahapan untuk mengambil keputusan dalam pemberian
pengobatan.
-
Kurangnya tindakan
pencegahan
Jatuh dapat dikarenakan faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor
intrinsik (jatuh yang pernah terjadi sebelumnya, menurunnya pandangan, sistem
muskuloskeletal, status mental, penyakit akut). Faktor ekstrinsik (obat-obatan,
desain alat-alat furniture, tidak adekuatnya perlengkapan, toilet/lantai kamar
mandi yang licin (Potter and Perry, 1997).
-
Kesalahan membaca/melakukan
tindakan dari kolaborasi dokter
Kegagalan menginterpretasikan dan melaksanakan tindakan
kolaborasi/kegagalan mengikuti/mencatat order/pesan dari dokter. Termasuk
kesalahan pada tindakan keperawatan yang sering terjadi adalah kesalahan dalam
membaca/pesan/order. Oleh karena itu, harus ada komunikasi yang baik antara
anggota tim kesehatan maupun terhadap pasien dan keluarganya.
-
Kesalahan melakukan
dokumentasi
Penyebab yang paling umum terjadi medical errors. Kegagalan
komunikasi: verbal/tertulis, miskomunikasi antar staf, antar shif, informasi
tidak didokumentasikan dengan baik/hilang, masalah-masalah komunikasi: tim
layanan kesehatan di 1 lokasi, antar berbagai lokasi, antar tim layanan dengan
pekerja non klinis, dan antar staf dengan pasien. Arus informasi yang tidak
adekuat. Ketersediaan informasi yang kritis saat akan merumuskan keputusan
penting, komunikasi tepat waktu dan dapat diandalkan saat pemberian hasil
pemeriksaan yang kritis, koordinasi instruksi obat saat transfer antara unit,
informasi penting tidak disertakan saat pasien ditransfer ke unit lain/dirujuk
ke RS lain.
2.
Contoh kasus dari beberapa
faktor:
-
Faktor kurangnya perhatian
Seorang
perempuan berusia 65 tahun, telah mendapatkan perawatan rawat inap selama 6
hari akan direncanakan untuk pulang. Dokter meminta petugas lab. Untuk
dilakukan pemeriksaan darah pada pasien tersebut. Pengambilan darah dilakukan
di tangan kanan pasien. Perawat memeriksa pasien sekitar 30 menit kemudian dan
menemukan bahwa pasien sudah kembali tidur, berbaring ke sisi kanannya. Perawat
merencanakan asuhan keperawatan untuk memberikan istirahat tidur pasien
tersebut sehingga untuk pemeriksaan TTV telah dilakukan sebelum pengambilan
darah. Ketika pergantian shift malam, perawat shift malam diam-diam
mengobservasi pasien dengan hati-hati. Pada jam 5 pagi, perawat shift malam
membangunkan pasien untuk diperiksa TTV. Pada saat itu perawat menemukan bahwa
petugas lab. Telah mengabaikan untuk melepaskan tourniquet ketika ia mengambil
darah malam sebelumnya. Lengan pasien bengkak, teraba dingin, pucat, dan mati
rasa. Lengan pasien menderita kerusakan jaringan cukup serius dan memerlukan
pembedahan serta terapi rehabilitasi beberapa kali. Demikianlah contoh
kurangnya perhatian yang menyebabkan kejadian yang tidak diharapkan.
-
Faktor kurangnya empati
Berikut ini
merupakan contoh terhadap sikap empati : Di Rumah Sakit HarapanSehat, ada
seorang pasien dengan keadan kritis, semua keluarga berkumpul dengan penuh kecemasan, di sisi lain dokter menyatakan bahwa pasien tidak memiliki
harapan hidup lagi jika kakinya
tidak diamputasi. Suasana sedihpun menyelimuti keluarga pasien, ibu pasien
menangis histeris, seakan tidak percaya bahwa anaknya harus diamputasi. Sesaat
kemudian perawat memeriksa keadaan pasien dan mengatakan bahwa “mau digimanakan
lagi bu yaudah amputasi aja”. Kesedihan semakin bertambah pasca lontaran yang
diucapkan perawat tersebut. Pasien semakin gelisah dan melemah. Dari contoh
kasus diatas, sudah sepatutnya kita sebagai perawat menunjukkan sikap empati
pada pasien. Sikap empati sendiri pada dasarnya ikut mengenali, mempersepsi,
dan merasakan perasaan orang lain.
-
Faktor tindakan keperawatan
yang tidak tepat
Di perawatan inap
perawat bekerja 24 jam dalam memantau kondisi pasien. Pemasangan infus tentu
saja dilakukan oleh perawat profesional namun tidak menutup kemungkinan tidak
akan terjadi kelalaian akibat dari kesalahan prosedur tindakan yang telah
ditetapkan karena kurang keterampilan dan kompetensinya. Di ruang pediatri
seorang anak usia 6 tahun dilakukan pemasangan infus di tangan kanan, namun
sesaat kemudian tanganya membengkak, dan pembuluh darahnya bulbur serta berubah
warna. Di-Up lah infus ditangan kanan dan pindah ke tangan kiri anak tersebut.
Diketahui penyebab tersebut karena perawat tidak bertindak sesuai dgn SOP
pemasangan infus.
-
Faktor kurangnya informed consent
Dalam praktek
keperawatan inform consent merupakan
hal yang tidak boleh dilupakan. Sebelum melakukan tindakan apapun meminta
persetujuan pasien atas tindakan yang akan kita lakukan harus memerlukan
informasi yang jelas baik itu secara tersirat maupun tersurat. Sebuah kasus
terjadi di RS Harapan Bangsa, seorang laki-laki usia 50 th menderita luka
post-Op karena gangren di kaki kananya. Perawat menghampiri pasien dan hendak
akan mengganti balutan. Perawat hanya menyapa pasien dan mengatakan akan
mengganti balutan. Perawat tidak melakukan inform
consent yg seharusnya dilakukan. Disaat ganti balutan berlangsung, pasien
menjerit kesakitan, ia tidak tahu kalau ganti balutan sesakit itu. Beberapa
saat setelah ganti balutan perawat lain melakukan observasi TTV. Didapatkan
Suhu tubuhnya meningkat diikuti dengan nadi meningkat.
-
Faktor kesalahan pengobatan
KTD (kejadian yang
tidak diharapkan) di salah satu RS di Jakarta yakni ada salah satu perawat yang
salah menyuntikkan obat kepada pasien. Obat yang disuntikkan tersebut adalah
antibiotik, padahal anak/pasien tersebut mempunyai alergi terhadap
bermacam-macam antibiotik. Saat itu ibu pasien melapor karena sebenarnya
anaknya tidak mendapatkan obat injeksi. Setelah ditelusuri diketahuilah bahwa
obat yang disuntikkan tersebut bukan untuk anaknya tetapi untuk teman sekamar
pasien. Ibu pasien sangat khawatir namun alhamdulillah tidak terjadi reaksi
anafilaksis pada pasien tersebut.
-
Faktor kurangnya tindakan
pencegahan
Keamanan
fisik (Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang aman terbebas dari
ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik secara mekanis, termis,
elektris maupun bakteriologis. Kebutuhan keamanan fisik merupakan kebutuhan
untuk melindungi diri dari bahaya yang mengancam kesehatan fisik. Contoh
kasusnya adalah perawat tidak memberikan orientasi kepada klien pada saat masuk
rumah sakit dan penjelasan sistem komunikasi yang ada, supervisi ketat pada
awal klien dirawat terutama malam hari tidak diindahkan perawat, anjuran kepada
klien untuk menggunakan bel bila membutuhkan bantuan bertolak belakang dengan
fungsi bel yang sudah tidak baik/rusak, mengabaikan pemasangan pengaman tempat
tidur terutama pada klien dengan penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas,
lantai kamar mandi yang licin salah satu penyebab tersering pasien mengalami
cedera akibat terjatuh.
-
Faktor
kesalahan membaca/melakukan tindakan dari kolaborasi dokter
Kesalahan
membaca kolaborasi dokter misalnya saat pemberian obat tidak tepat waktu dan
dosis. Dikarenakan tulisan dokter yang pada umumnya sulit untuk ‘diterjemahkan’
selain itu juga tidak ada follow-up
dari sesama petugas kesehatan. Nama obat banyak yang serupa sehingga seharusnya
untuk menghindari kesalahan dilakukan Look-Alike, Sound Alike Errors.
-
Kesalahan
melakukan dokumentasi
Seorang
pasien di RS Garuda menderita glomerulonefritis akut dan terpasang cateter
folley. Warna, volume Urine setiap 3 jam harus di kaji. Pada 3 jam pertama
didapatkan urine berwarna kuning pekat sebanyak 50 ml. 3 jam kemudian perawat
lain mengkaji dan didapatkan urine sebanyak 100 ml. Saat pergantian shift sore
perawat diam-diam menulis jumlah urine sebanyak 500 ml. Waktu dokter visit ia
melihat pendokumentasian berdasarkan hasil pengkajian urine serta
merekomendasikan pemberian salah satu obat dihentikan karena pasien urinenya
sudah cukup banyak. Padahal dalam hal ini seorang perawat salah melakukan
pendokumentasian yg salah.
3.
Peran
perawat dalam mendukung Patient Safety
diantaranya,
-
Mengadakan
promosi pada tingkat yang sesuai, pendidikan dan pelatihan kesehatan pekerja
(perawat) pada keselamatan pasien dengan mendorong multidisiplin pendidikan
profesional kesehatan, manajemen yang relevan dan administrasi staf dalam
pengaturan kesehatan.
-
Melaksanakan
penyediaan dan penyebarluasan informasi kepada seluruh tenaga kesehatan
terhadap pasien yang memiliki resiko keselamatan untuk mengurangi atau mencegah
kesalahan dan kerusakan, termasuk praktek-praktek keperawatan yang terbaik dan
bagaiamana keterlibatan mereka.
(WHO:
World Alliance for Patient Safety, Forward Programme, 2004). Enam tujuan
penanganan patient safety menurut Joint Commission International antara
lain:
-
Mengidentifikasi
pasien dengan benar,
-
Meningkatkan
komunikasi secara efektif,
-
Meningkatkan
keamanan dari high-alert medications,
-
Memastikan
benar tempat, benar prosedur, dan benar pembedahan pasien,
-
Mengurangi
risiko infeksi dari pekerja kesehatan,
-
Mengurangi
risiko terjadinya kesalahan yang lebih buruk pada pasien.
Kegiatan
menjaga serta meningkatkan kualitas/mutu pelayanan keperawatan dapat menyangkut
dalam beberapa dimensi:
a.
Kompetensi
teknis, yang terkait dengan keterampilan, kemampuan dan penampilan petugas
keperawatan. Kompetensi teknis berhubungan dengan standar pelayanan keperawatan
yang telah ditetapkan. Kompetensi teknis yang tidak sesuai standar dapat
merugikan pasien.
b.
Akses
terhadap pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial dan
ekonomi, budaya atau hambatan bahasa. Transcultural
Nursing telah memberikan penjelasan penuh mengenai budaya pasien.
c.
Efektifitas,
kualitas pelayanan keperawatan tergantung dari efektifitas pelayanan
keperawatan itu sendiri dan petunjuk klinis sesuai standar yang ada.
d.
Hubungan
antar manusia, berkaitan dengan interaksi antara petugas kesehatan/perawat dan
pasien, manajer, petugas serta antar tim kesehatan. Hubungan antar manusia yang
baik menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai, menjaga
rahasia, menghormati, responsif , dan memberikan perhatian.
e.
Efisiensi,
pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh efisiensi sumber daya pelayanan
kesehatan. Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal
daripada memaksimalkan pelayanan pasien dan masyarakat.
f.
Kelangsungan
pelayanan, klien menerima pelayanan keperawatan yang lengkap sesuai yang
dibutuhkan. Klien hendaknya mempunyai terhadap pelayanan rutin dan preventif.
g.
Keamanan
dan kenyamanan klien, mengurangi risiko cedera, infeksi, efek samping, atau
bahaya lain yang berkaitan dengan pelayanan. Keamanan pelayanan melibatkan
petugas dan pasien.
h.
Keramahan/kenikmatan
berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan
efektifitas klinik tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedia untuk
kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya.
Sumber Referensi:
Departemen Kesehatan RI. 2006. Panduan Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Jakarta
Ashcroft D., Morecroft C., Parker D., Noyece P., 2005. Patient
Safety in Community Pharmacy
Understanding Errors and Managing Risk. Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences & Department of Psychology: University of Manchester
Potter and Perry. 2001. Fundamental
of Nursing. EGC: Jakarta
IOM. Keeping patient safe Transforming the Work Environment of
Nurses. Ann Page, Editor. Wahington D.C : The National Academies Press (application)
Robert. M. Wachter. Understanding Patient
Safety. McGraw-Hill Companies, Inc. (application)
Lia Mulyati dan Asep Sufyan. Pengembangan Budaya Patient Safety
dalam Praktek Keperawatan (application)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar